Saturday, 1 November 2014

fiqih sholat sunnah rowatib


Sesungguhnya dibalik adanya syariat sholat sunnah
terdapat  hikmah-hikmah  yang  agung  dan  rahasia
yang  sangat  banyak,  di  antaranya  untuk  menambah
kebajikan dan meninggikan derajat seseorang. Juga berfungsi
sebagai  penutup  segala  kekurangan  dalam  pelaksanaan
shalat  fardhu.  Juga  dikarenakan  shalat  mempunyai
keutamaan  yang  agung  dan  kedudukan  yang  tinggi  yang
tidak  terdapat  pada  ibadah-ibadah  lainnya.  Di  samping
hikmah-hikmah yang lain.
"Dari Rabi'ah bin Ka'ab Al-Aslami, pelayan Rasulullah shallallahu
alaihi  wasalam  ,  berkata,  'Aku  pernah  menginap  bersa ma
Rasulullah shallallahu alaihi wasalam , kemudian aku membawakan
air  wudhu  untuk  beliau  serta  kebutuhannya  yang  lain.  Beliau
bersabda,  'Minta-lah  kepadaku',  maka  aku  katakan  kepada  beliau,
'Aku  minta  agar  bisa  bersamamu  di  Surga',  beliau  bersabda,
'Ataukah permintaan  yang  lain?' Aku  katakan,  'Itu  saja'.  Beliau
bersabda,  'Kalau  begitu  bantulah  aku  atas  dirimu  dengan  banyak
bersujud (shalat)'." (HR. Muslim)
Dalam hadits lain disebutkan:
"Dari  Abu  Hurairah  radhiallahu  anhu  ,  ia  berkata,  'Rasulullah
shallallahu alaihi wasalam ber-sabda, 'Sesungguhnya amal seorang
hamba  yang  per-tama-tama  kali  di  hisab  (diperhitungkan)  pada
Hari  Kiamat  nanti  adalah  shalatnya,  apabila  shalatnya  baik  maka
sungguh dia telah beruntung dan selamat, dan jika shalatnya rus ak
maka  dia  akan  kecewa  dan  merugi.  Apabila  shalat  fardhunya
kurang  sempurna,  maka  Allah  berfirman,  'Apakah  hambaKu ini
mempunyai  shalat  sunnah?,  maka  tutuplah  kekurangan  shalat
fardhu  itu  dengan  shalat  sunnahnya.'  Kemudian  begitu  pula
dengan  amalan-amalan  lainnya  yang  kurang'."  (HR.  Abu  Daud,
At-Tirmidzi dan lainnya, hadits shahih)

a. Pembagian Shalat-shalat Sunnah

Shalat sunnah terbagi menjadi dua, yaitu sunnah  mutlak
dan
sunnah  muqayyad.  Shalat  sunnah  mutlak itu  dilakukan  hanya
dengan niat shalat sunnah saja tanpa dikaitkan dengan yang
lain. Adapun shalat sunnah  muqayyaddi antaranya ada yang
disyari'atkan sebagai penyerta shalat fardhu yaitu yang biasa
disebut  dengan  shalat  sunnah  rawatib.  Yaitu  mencakup
shalat  sunnah  Subuh,  Dhuhur,  Ashar,  Maghrib  dan  Isya'
yang akan dibahas pada halaman-halaman berikut.

b. Keutamaan Shalat Sunnah Rawatib

"Dari  Ummi  Habibah  radhiallahu  anhu,  ia  berkata,  'Aku  telah
mendengar  Rasulullah  shallallahu  alaihi  wasalam  bersabda,
'Tidaklah  seorang  hamba  muslim  melaksanakan  shalat  sunnah
(bukan  fardhu)  karena  Allah-  sebanyak  dua  belas  rakaat  setiap
harinya  kecuali  Allah  akan  membangunkan  sebuah  rumah
 untuknya di Surga'."(HR. Muslim)

c. Penjelasan Tentang Sunnah Rawatib

Yaitu  tentang  berapa  jumlah  minimal  dan  maksimal
rakaatnya serta berapa jumlah pertengahannya.
"Dari  Ummu  Habibah  radhiallahu  anha,  ia  berkata,  'Aku  telah
mendengar  Rasulullah  shallallahu  alaihi  wasalam  bersabda,
Barangsiapa  shalat  dalam  sehari  semalam  dua  belas  rakaat  akan
dibangun  untuknya  rumah  di  Surga,  yaitu;  empat  rakaat  sebelum
Dhuhur  dan  dua  rakaat  sesudahnya,  dua  rakaat  sesudah  maghrib,
dua  rakaat  sesudah  Isya  dan  dua  rakaat  sebe-lum  shalat  Subuh'."
(HR. At-Tirmidzi, ia mengatakan, hadits ini hasan shahih)
Dalam  riwayat  ini  ada  penjelasan  secara  terperinci  tentang
dua  belas  rakaat  yang  disebutkan  secara  global  dalam
riwayat Muslim yang lalu.
"Dari  Ibnu  Umar  radhiallahu  anhu  dia  berkata,  'Aku  shalat
bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasalam dua rakaatsebelum
Dhuhur  dan  dua  rakaat  sesudahnya,  dua  rakaat  sesudah  Jum'at,
dua  rakaat  sesudah  Maghrib  dan  dua  rakaat  sesudah  Isya'."
(Muttafaq 'alaih)
"Dari  Abdullah  bin  Mughaffal  radhiallahu  anhu  ,  ia  berkata,
'Bersabda  Rasulullah  shallallahu  alaihi  wasalam ,  'Di  antara  dua
adzan itu  ada shalat, di antara dua adzan  itu ada shalat, d i antara
dua  adzan  itu  ada  shalat.  Kemudian pada  ucapannya  yang  ketiga
beliau menambahkan: 'bagi yang mau'."  (Muttafaq 'alaih)
"Dari  Ummu  Habibah  radhiallahu  anha,  ia  berkata,  'Rasulullah
shallallahu  alaihi  wasalam  bersabda,  'Barangsiapa  yang  menjaga
empat rakaat sebelum  Dhuhur dan empat rakaat sesudahnya,  Allah
mengharamkannya  dari  api  Neraka'." (HR.  Abu  Daud  dan  AtTirmidzi,
 ia mengatakan hadits ini hasan shahih)
"Dari Ibnu  Umar radhiallahu anhu,  bahwa Nabi shallallahu a laihi
wasalam  bersabda,  'Semoga  Allah  memberi  rahmat  bagi  orang
yang  shalat  empat  rakaat  sebelum Ashar'." (HR.  Abu  Daud dan
At-Tirmidzi, ia mengatakan, hadits ini hasan

No comments:

Post a Comment