BERDIRI
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam mengerjakan sholat fardhu atau sunnah berdiri
karena memenuhi perintah Allah dalam QS. Al Baqarah : 238. Apabila bepergian,
beliau melakukan sholat sunnah di atas kendaraannya. Beliau mengajarkan kepada
umatnya agar melakukan sholat khauf dengan berjalan kaki atau
berkendaraan.
"Peliharalah semua sholat dan sholat wustha dan
berdirilah dengan tenang karena Allah. Jika kamudalam ketakutan, sholatlah dengan berjalan kaki atau
berkendaraan. Jika kamu dalam keadaa aman, ingatlah kepada Allah dengan cara yang telah diajarkan kepada kamu yang mana sebelumnya kamu tidak mengetahui (cara tersebut)." (QS. Al Baqarah : 238).
MENGHADAP KIBLAT
Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bila berdiri untuk sholat fardhu atau sholat sunnah, beliau menghadap
Ka'bah. Beliau memerintahkan berbuat demikian sebagaimana sabdanya kepada orang
yang sholatnya salah:
"Bila
engkau berdiri untuk sholat, sempurnakanlah wudhu'mu, kemudian menghadaplah ke
kiblat, lalu bertakbirlah." (HR. Bukhari, Muslim dan Siraj).
Tentang hal ini telah turun pula
firman Allah dalam Surah Al Baqarah : 115: "Kemana saja kamu menghadapkan muka,
disana ada wajah Allah."
Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam pernah sholat menghadap Baitul Maqdis, hal ini
terjadi sebelum turunnya firman Allah: "Kami telah melihat kamu menengadahkan
kepalamu ke langit. Kami palingkan kamu ke kiblat yang kamu inginkan. Oleh
karena itu, hadapkanlah wajahmu ke sebagian arah Masjidil Haram." (QS. Al
Baqarah : 144).
Setelah ayat ini turun beliau sholat menghadap
Ka'bah.
Pada waktu sholat subuh kaum muslim
yang tinggal di Quba' kedatangan seorang utusan Rasulullah untuk menyampaikan
berita, ujarnya, "Sesungguhnya semalam Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
telah mendapat wahyu, beliau disuruh menghadap Ka'bah. Oleh karena itu,
(hendaklah) kalian menghadap ke sana." Pada saat itu mereka tengah menghadap ke
Syam (Baitul Maqdis). Mereka lalu berputar (imam mereka memutar haluan sehingga
ia mengimami mereka menghadap kiblat). (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, Siraj,
Thabrani, dan Ibnu Sa'ad. Baca Kitab Al Irwa', hadits No.
290).
MENGHADAP PEMBATAS ( SUTRAH )
Sutrah (pembatas
yang berada di depan orang sholat) dalam sholat menjadi keharusan imam dan orang
yang sholat sendirian, sekalipun di masjid besar, demikian pendapat Ibnu Hani'
dalam Kitab Masa'il, dari Imam Ahmad.
Beliau mengatakan,
"Pada suatu hari saya sholat tanpa memasang sutrah di depan saya, padahal saya
melakukan sholat di dalam masjid kami, Imam Ahmad melihat kejadian ini, lalu
berkata kepada saya, 'Pasanglah sesuatu sebagai sutrahmu!' Kemudian aku memasang
orang untuk menjadi sutrah."
Syaikh Al Albani mengatakan, "Kejadian ini merupakan
isyarat dari Imam Ahmad bahwa orang yang sholat di masjid besar atau masjid
kecil tetap berkewajiban memasang sutrah di depannya."
Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:"Janganlah kamu sholat tanpa menghadap sutrah dan
janganlah engkau membiarkan seseorang lewat di hadapan kamu (tanpa engkau
cegah). Jika dia terus memaksa lewat di depanmu, bunuhlah dia karena dia
ditemani oleh setan." (HR. Ibnu Khuzaimah dengan sanad yang jayyid
(baik)).
Beliau juga bersabda:"Bila seseorang di
antara kamu sholat menghadap sutrah, hendaklah dia mendekati sutrahnya sehingga
setan tidak dapat memutus sholatnya." (HR. Abu Dawud, Al Bazzar dan Hakim.
Disahkan oleh Hakim, disetujui olah Dzahabi dan Nawawi).
Dan hendaklah sutrah
itu diletakkan tidak terlalu jauh dari tempat kita berdiri sholat sebagaimana
yang telah dicontohkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam.
"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berdiri shalat dekat
sutrah (pembatas) yang jarak antara beliau dengan pembatas di depannya 3 hasta."
(HR. Bukhari dan Ahmad).
Adapun yang dapat dijadikan sutrah antara lain: tiang
masjid, tombak yang ditancapkan ke tanah, hewan tunggangan, pelana, tiang
setinggi pelana, pohon, tempat tidur, dinding dan lain-lain yang semisalnya,
sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam.
Demikian penjelasan tentang posisi berdiri seseorang ketika shalat,selanjutnya marilah kita mengetahui tentang kedudukan niat di dalam shalat
washalallahu 'alannabiyyinaa muhammadin walhamdulillahirobbil'aalamiin
No comments:
Post a Comment